Rabu, 21 Maret 2012

konflik (bagian dua)


Pada tulisan saya mengenai konflik (bagian pertama), Saya sudah jelaskan mulai dari definisi konflik hingga elemen-elemen yang biasanya ada di dalam konflik. Apa Anda sudah baca? Membosankan karena terlalu akademis? Tidak menarik karena teoritis? Yup! Memang itulah maksudnya, Saya ingin menjelaskan konflik dari sudut pandang ilmiah sebagai rujukan terlebih dahulu. Karena yang ilmiah-ilmiah itu sudah teruji. :D

Pun kalau ada adek-adek mahasiswa/i atau pelajar yang pusing nulis paper lalu nanya Mbah Google, bisa nemu tulisan saya lalu girang bukan kepalang karena bisa memakai tulisan tersebut dengan cara copas (itung-itung Saya amalin capeknya Saya ngetik ;)). Pada tulisan terdahulu Saya cantumkan buku yang Saya pakai, selain membeli dari Amazon, buku tersebut bisa ditemukan di Perpustakaan UI. Karena Saya dulu juga begitu, Saya adalah mahasiswa sok sibuk yang mengerjakan tugasnya di warnet baru kemudian mengunjungi perpustakaan #curhat.

Pada tulisan konflik (bagian kedua) ini Saya mengambil berbagai sumber sebagai rujukan, tidak bisa disebutkan karena buku dan materi-materi lainnya belum diterbitkan (atau hanya untuk kalangan khusus saja). Tulisan ini membahas mengenai strategi menghadapi konflik.

Saat kita sedang mengalami konflik, bukan main meyusahkan hati. Menyebalkan, membuat dada sesak, galau, dan perasaan lain yang menimbulkan energi negatif berlimpah ruah di dalam diri bahkan sekitar kita. Tidak enak bukan? Tidak enak dan merugikan diri kita sendiri. Kegalauan yang tidak segera kita atasi tidak bagus dampaknya bagi kita secara pribadi maupun orang-orang lain di sekitar kita. Karena itu, putuskan segera strategi apa yang akan kita ambil jika kita sedang mengalami konflik. Berikut ini adalah macam-macam strategi menghadapi konflik:

Burung Hantu
Kolaborasi
Strategi burung hantu sangat menghargai tujuan maupun hubungan. Bila baik tujuannya maupun hubungannya dianggap sama pentingnya, untuk memecahkan konflik maka individu akan memilih untuk melakukan negosiasi. Solusi yang dicari dipastikan bahwa ia maupun anggota leompok lainnya sepenuhnya dapat mencapai tujuannya dan menyelesaikan setiap ketegangan dan perasaan negatif antara mereka yang terlibat konflik. Strategi ini memerlukan langkah yang beresiko. Seperti ketika mengungkapkan suatu pandangan mungkin saja akan mendapat bantahan yang cukup keras.

Boneka Beruang
Akomodasi
Dalam strategi boneka beruang hubungan dianggap sangat penting, sedangkan tujuan memiliki derajat kepentingan yang rendah. Individu yang cenderung menggunakan strategi ini, dalam menghadapi konflik dengan orang lain, cenderung akan mempertahankan kualitas hubungan dan cenderung akan mengorbankan tujuannya sendiri. Cara ini dapat saja dilakukan apabila tujuan tidak begitu penting dan apabila kualitas hubungan tidak dijaga akan berdampak lebih buruk.

Hiu
Konfrontasi
Strategi hiu menganggap hubungan tidak penting sedangkan tujuannya sangat penting, oleh karena itu individu ini akan mencoba untuk mengalahkan lawan dengan memaksa mereka untuk menyerah sehingga ia dapat mencapai tujuannya. Hiu berusaha untuk mencapai tujuannya dengan memaksa atau membujuk yang lain hingga berhasil. Strategi penyelesaian konflik yang dilakukan dengan gaya hiu yaitu dengan memenangkan melalui ancaman, agresi fisik dan verbal, hukuman-hukuman, atau tindakan-tindakan lain yang merugikan orang lain sekalipun akan berdampak terganggu atau bahkan terputusnya hubungannya dengan anggota kelompok lain yang terlibat konflik dengannya itu.

Rubah
Kompromi                                 
Rubah menganggap tujuan dan hubungan dengan anggota kelompok lain sama-sama cukup penting. Ketika baik tujuan dan hubungan dianggap sama pentingnya, dan tampaknya bahwa dirinya dan anggota kelompok lain yang terlibat konflik dengan dirinya tidak mungkin memperoleh sepenuhnya apa yang diinginkan, dalam rangka untuk mencapai kesepakatan, orang dengan gaya ubah merasa perlu untuk menyerahkan sebagian dari tujuannya dan sedikit mengorbankan hubungannya kepada kelompok lainnya yang terlibat konflik dengan dirinya. Dengan kompromi, kedua belah pihak bertemu di tengah sehingga masing-masing mendapat setengah, atau dengan cara membalik koin untuk menentukan penyelesaian konfliknya. Kompromi sering digunakan ketika terjadi konflik, ingin terlibat dalam pemecahan masalah negosiasi tetapi tidak memiliki waktu yang cukup untuk melakukannya. Yang perlu diingat adalah strategi ini hanya menghasilkan penyelesaian sementara, masih ada ‘pekerjaan rumah’ yang perlu diselesaikan.

Kura-kura
Menghindar
Seperti kura-kura apabila merasa terancam, akan menarik diri ke dalam cangkangnya, demikian pula orang dengan gaya kura-kura apabila terlibat konflik dengan orang lain cenderung menarik diri menghindari konflik. Ia tidak mementingkan hubungannya dengan orang lain dan tujuannya tidak akan tercapai. Ketika tujuan tersebut adalah tidak penting dan Anda merasa tidak perlu menjaga hubungan dengan orang lain, gaya kura-kura ini dapat dipilih. Atau kadang-kadang untuk sementara waktu menghindar atau menarik diri dari konflik sampai keadaan emosi masing-masing yang terlibat sudah lebih stabil dan sudah berhasil mengendalikan perasaannya.

Bagaimana? Sudah menemukan strategi yang tepat untuk Anda pakai? Memiliki konflik memang tidak menyenangkan. Dulu pernah ada yang mengatakan pada Saya, “Ngapain sih berkonflik, capek-capekin aja. Gw ngga pernah punya konflik, kalau kita-nya baik sama orang pasti orang lain juga baek sama kita”.

Hellooww?! Kadang konflik bukan timbul dari kita. Bahkan pejalan kaki yang taat aturan berjalan di trotoar saja bisa disenggol sepeda motor yang nekat karena tidak mau kena macet. Maksud Saya di sini, konflik bisa timbul karena faktor-faktor di luar diri kita namun tidak bisa kita hindari atau prediksi. Karena kita ini makhluk sosial, karena kita berkomunikasi bukan hanya dengan diri kita sendiri saja. 

Meskipun pada tataran tertentu konflik bisa mengakibatkan perpecahan, konflik merupakan sesuatu yang tidak bisa dihindari sebagai konsekuensi logis interaksi manusia. Oleh karena itu persoalannya bukan bagaimana meredam konflik, tapi bagaimana menanganinya secara tepat sehingga tidak merusak hubungan antarpribadi.

Oke, selamat menemukan strategi yang tepat. Ga usah pake emosi, mubadzir.  ^^


Tidak ada komentar:

Posting Komentar