Jumat, 20 April 2012

konflik (bagian tiga)

Sudah baca artikel Saya sebelumnya di konflik (bagian pertama) dan konflik (bagian dua)belum? Kalau belum, sebaiknya Anda baca dulu supaya lebih afdol. Karena diperlukan pengetahuan mengenai konflik yang cukup sebelum membaca artikel yang ini #bo’ong :p
Saya tidak punya konsep untuk merumuskan tulisan-tulisan mengenai konflik ini. Seperti tulisan yang Anda baca sekarang, Saya hanya ingin mengobrol, mengalir saja ya..

Pada artikel Saya sebelumnya, Saya katakan bahwa konflik adalah konsekuensi logis dari interaksi manusia. Interaksi di sini dilakukan melalui komunikasi, bisa berupa verbal, atau non-verbal. Baik verbal maupun non-verbal, keduanya merupakan komunikasi yang sarat dengan tanda (sign). Apa itu komunikasi, lalu, apa itu sign? Jadi  Saya akan memulai dari sini, Saya jelaskan sedikit mengenai hal ini karena kebetulan komunikasi dan makna tanda (semiotika) adalah salah satu passion Saya.

Komunikasi merupakan hal yang esensial dalam kehidupan manusia untuk berinteraksi dengan sesama. Kehidupan akan terasa hampa, apabila tidak ada komunikasi atau interaksi dengan orang lain. Komunikasi dapat difungsikan sebagai sarana untuk mendapatkan, menyebarkan, dan menukar informasi. Dalam berkomunikasi minimal harus mengandung kesamaan makna antara dua pihak yang terlibat.
Dikatakan minimal, karena kegiatan komunikasi tidak hanya informatif, yakni agar orang lain mengerti dan tahu, tetapi juga persuasif, yaitu agar orang lain bersedia menerima suatu pemahaman atau keyakinan, melakukan suatu perbuatan atau kegiatan. (Effendy, 2001: 9)

Komunikasi memiliki sifat simbolik yang berupa tindakan yang dilakukan dengan lambang-lambang, studi mengenai tanda dan segala yang berhubungan dengannya termasuk; cara berfungsinya, hubungannya dengan tanda-tanda lain, kemudian pengirimannya dan penerimaannya oleh mereka yang menggunakannya dikenal dengan semiotika yaitu ilmu tentang tanda-tanda. (Kriyantono, 2006: 263)

Menurut Piliang dalam Tinarbuko( 2008: ix), tanda ditempatkan dalam rantai komunikasi sehingga mempunyai peran yang penting dalam penyampaian pesan. Tanda memiliki maksud yang sangat luas. Peirce dalam Sobur (2001: 110) menjelaskan bahwa logika harus mempengaruhi orang bernalar, penalaran itu menurutnya adalah melalui suatu cara mendasar yaitu tanda, di mana notasi tanda ini membawa fungsi-fungsi tertentu bagi proses logika berfikir tertentu dari manusia itu sendiri. Peirce dalam Sobur (2001: 108) juga menjelaskan bahwa tanda memungkinkan kita berfikir, berhubungan dengan orang lain, dan memberikan makna pada apa yang ditampilkan oleh alam semesta.

Lebih jelasnya, Peirce dalam Fiske (1994: 50) membedakan tanda atas lambang (symbol), ikon (icon), dan indeks (index). Dapat dijelaskan sebagai berikut:
Lambang
      Suatu tanda di mana hubungan antara tanda dan acuannya merupakan hubungan yang sudah terbentuk secara konvensional. Lambang ini adalah tanda yang dibentuk karena adanya konsensus dari para pengguna tanda.
Ikon
     Suatu tanda di mana hubungan antara tanda dan acuannya berupa hubungan berupa kemiripan. Jadi, ikon adalah bentuk tanda yang dalam berbagai bentuk menyerupai objek dari tanda tersebut.
Indeks
       Suatu tanda di mana hubungan antara tanda dan acuannya timbul karena ada kedekatan eksistensi. Jadi indeks adalah suatu tanda yang mempunyai hubungan langsung (kausalitas) dengan objeknya.

Sudah mulai pusing? Tunggu yah, Saya ajak lebih pusing lagi.. :p

Peirce dalam Tinarbuko (2008: 13) mengatakan bahwa tanda akan selalu mengacu ke sesuatu yang lain, oleh Peirce disebut objek (denotatum). Mengacu berarti mewakili atau menggantikan. Tanda baru dapat berfungsi bila diinterpretasikan dalam benak penerima tanda melalui interpretant. Jadi interpretant ialah pemahaman makna yang muncul dalam diri penerima tanda. Artinya tanda baru dapat berfungsi sebagai tanda bila dapat ditangkap dan pemahaman terjadi berkat ground, yaitu pengetahuan tentang sistem tanda dalam suatu masyarakat.

Coba pahami tabel Jenis Tanda dan Cara Kerjanya berikut:
Jenis Tanda
Ditandai
Dengan
Contoh
Proses
Kerja
Simbol
Konvensi/ kesepakatan sosial
Kata-kata
Isyarat
dipelajari
Ikon
      persamaan
gambar, foto, patung
dilihat
Indeks
hubungan sebab akibat, keterkaitan
Asap-api
Gelaja-penyakit
diperkirakan


Sederhana seperti ini:
Peirce (Charles Sanders Peirce, yang namanya pernah Saya sebut dalam posting Saya sebelumnya, representation), meyakini bahwa logika itu  membawa penalaran melalui sign. Sedangkan sign, memiliki fungsi-fungsi tertentu yang memungkinkan kita berpikir (berhubungan dengan orang lain, dan memberikan makna pada apa yang ditampilkan oleh alam semesta). Menurut Peirce, sebuah sign yang mengacu pada sesuatu di luar dirinya, yaitu objek, akan mempunyai pengaruh pada pikiran pemakainya. Kemudian dilambangkan oleh pemakainya dengan suatu simbol, antara lain kata-kata, gambar, atau isyarat.

Dari situ dapat disimpulkan bahwa tanda dapat kita temukan di mana-mana, kata-kata, gerak, dan isyarat. Tanda merupakan sesuatu yang terdiri atas sesuatu yang lain. Dari hubungan makna tanda yang tercipta antara komunikator dan komunikan tercapailah suatu bentuk konvensi.

Kembali ke statement bahwa konflik adalah konsekuensi logis dari interaksi manusia, lalu apa sebenarnya interaksi itu? Jika konflik adalah konsekuensi logis, apakah konflik itu sendiri juga bisa dikatakan logis? Pertanyaan turunan seperti itu terlihat sederhana, tapi percaya deh, tidak ada hal yang sederhana mengenai konflik. Konflik akan terlihat menjadi sederhana (tolong Anda garis bawahi sendiri kata ‘terlihat’), jika dan hanya jika, Anda bukanlah pihak yang terlibat konflik. Karena konflik, minimal, akan menggeser perasaan-perasaan positif dalam diri kita. Males banget kan kalo tiba-tiba jadi bete ga jelas?

Baru-baru ini Saya terjebak dalam suatu keadaan yang tidak nyaman karena interaksi dengan orang lain. Tidak menjadi konflik yang besar karena memang tidak ada kepentingan yang perlu diperjuangkan di situ, bahkan selesai seketika itu juga, tapi Saya mengalami akibat-akibat (sebagai ekses) dari konflik pada umumnya. Meski tidak mengganggu waktu produktif Saya, situasi tersebut benar-benar tidak menyenangkan karena banyak energi yang harus keluar.

Jadi, apa sebenarnya interaksi itu?
Interaksi adalah saat Anda tersenyum ke orang lain. Interaksi adalah saat Anda ngobrol dengan no name di commuter line. Interaksi adalah saat Anda towal-towel temen di Facebook. Interaksi adalah saat Anda berkenalan dengan pikiran Saya lewat artikel ini.
Tersenyum, ngobrol, towal-towel, berkenalan.. itu semua adalah sign yang merupakan media (pertama) dari komunikasi. Bayangkan jika ada perbedaan ground atau bahkan salah paham meskipun memiliki ground yang sama? Terjadi konflik bukan?

Persoalan kedua, jika komunikasi dilakukan dengan media (pertama) yaitu Bahasa (yang tentu saja berupa sign) yang melewati sarana lain (sebagai media kedua) seperti: HP, internet, dan lain-lain. Komunikasi yang tidak langsung ini sangat rentan menjadi salah paham, salah sasaran, salah kaprah, dan salah-salah yang lain. Jika sudah salah, ada kemungkinan terjadi konflik bukan?

Sederhana sekali ternyata asal muasal konflik itu kalo kita telusuri ya? Dari sign saja ternyata. Kesimpulannya, cobalah untuk santun dalam berbahasa (lhoh kok? #curcol). 
Kita tidak selalu bisa mengerti orang lain. Tapi menghargai orang lain bisa dengan berbagai cara, tidak perlu mengerti, diterima saja. Karena penerimaan itu bahkan lebih sulit daripada yang Anda bayangkan. Jangan pula coba-coba berpura-pura menerima, karena berpura-pura menerima itu juga bahkan lebih sulit lagi.
Tidak ada buku yang memuat tentang segala hal.


Daftar Pustaka:
Fiske,John, Introduction to Communication Studies, London, Routledge, 1994
Kriyantono, Rahmat, Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung, PT. Remaja Rosdakarya,  2006
Onong Uchajana Effendy, Komunikasi Teori dan Praktek, Bandung, Remaja Rosdakarya, 2001
Sobur, Alex, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik dan Analisis Framing, Bandung, Remaja Rosdakarya, 2001
Tinarbuko, Sumbo, Semiotika Komunikasi Visual, Yogyakarta, Jalasutera, 2008


Tidak ada komentar:

Posting Komentar