Jumat, 20 April 2012

dear blank,

Dear Blank,
Saya turut prihatin dengan kegalauan Anda selama ini yang sibuk bersumpah-serapah atas Saya. Saya juga turut prihatin dengan keadaan hidup Anda yang jauh dari harapan (Anda). Saya mengerti betapa semua itu tidak menyenangkan, Saya mohon maaf kalau akhirnya Saya juga turut merasa muak atas attitude Anda yang sibuk menyakinkan orang lain untuk waspada terhadap Saya. Mohon maaf juga atas kelancangan Saya menertawakan semua manuver Anda yang bodoh dan kekanakan itu. Betapa menyedihkan kelihatannya. Lebih menyedihkan lagi orang-orang yang sibuk bergosip bersama Anda, merasa bahwa Anda patut dipuja sementara Saya pantasnya dihina. Lucu sekali ya berenang dalam sempitnya kehidupan Anda? Lucu sekali ya cara Anda menghabiskan waktu dan hidup yang cuma sekali ini? So sad..


Dear Blank,
Saya tidak akan meminta maaf atas semua hal yang terjadi sebagai akibat dari keputusan Saya untuk menjadi diri sendiri. Anda tidak akan memahaminya, karena selama ini Anda sibuk tidak menjadi diri Anda sendiri. Betapa kepura-puraan itu mahal harganya, betapa semu segala daya upaya untuk terlihat hangat padahal nyata dingin dan hampa. Betapa keras Anda berusaha, kesementaraan Anda segera berakhir Blank. Karena memang seperti itu cara semesta bekerja. Perputarannya tidak dapat dihentikan. Kenyataan akan selalu jadi kenyataan. Pada saatnya nanti, Saya tidak akan tertawa. Meski selama ini Anda berusaha keras menertawakan Saya. Karena Saya mengerti betapa hancurnya Anda. Betapa harapan adalah hal yang jamak, namun kebahagiaan bagai titik kecil di ufuk yang entah dimana muaranya. So sad..

Dear Blank,
Pasti banyak waktu yang terlewat untuk meratapi kesakitan yang Anda rasa, Saya juga. Ah, tapi Saya tidak hendak menyakiti Anda, karena Anda sudah hancur. Hanya saja Anda belum menyadari hal itu. So sad..


Tidak ada komentar:

Posting Komentar