“Pengkhianatan mampu membuat
perut mulas luar biasa.
Tapi itu bagus, membuat kita
selalu waspada”.
Anda
pasti orang yang sangat beruntung jika Anda pernah mengalami hal ini. Kenapa?
Karena rasa pengkhianatan itu sepekat biji kopi yang baru disangrai. Pahit dan meninggalkan
rasa asam di akhirnya.
Pengkhianatan,
misalnya, adalah ketika seseorang setulus hati mencurahkan segala daya upaya
untuk melakukan sesuatu demi seseorang yang lain. Dan ketika seseorang gagal, seseorang
menjadi pembual yang paling hina. Dan setelahnya, handai taulan dihimbau untuk
berhati-hati pada orang hina tersebut. Bahkan bertahun kemarau akan dihapus
oleh hujan sehari.
Cepat
atau lambat, kita (semua) akan sampai pada titik tersebut. Suatu perasaan dikhianati. Entah ringan entah berat, entah siapa
pelakunya. Bisa dilakukan oleh Anda sendiri, dikhianati
oleh diri Anda sendiri. Damn!
Jika
Anda merasa pernah dikhianati, maka pasti Anda juga hampir pasti pernah mengkhianati diri Anda sendiri.Terjadi karena Anda
memilih orang-orang yang salah sebagai kolega dan membuat ruang yang cukup bagi
dia (atau mereka) untuk mengkhianati Anda. Orang
cenderung mengkhianati orang lain yang tidak
pintar, tidak pintar mengenali orang lain. Mulailah menjadi orang yang pintar,
sesulit apapun itu, teruslah berusaha. Karena pilihan yang Anda punya hanyalah,
“to be” or “not to be”. Jangan sampai Anda “be black and
blue” karena tidak pintar. Menjadi babak belur karena tidak pintar.
Lalu
apa yang akan kita lakukan kepada pengkhianat?
Biarkan
saja. Biarkan semesta melakukan tugasnya.
Karena
tidak ada seorangpun di dunia ini bisa melakukan hal semacam itu tanpa menerima
akibat yang pantas untuknya. Kemalangan, kesakitan, kehilangan, ketidakmampuan,
kekecewaan, kemunduran, kehampaan, kepahitan, atau apapun itu bentuknya.
Mungkin
cepat mungkin lambat, namun pasti.
Life's hard. It's even harder when
you're stupid.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar